Jakarta, CNN Indonesia

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti fenomena war takjil lintas agama yang terjadi di tengah lonjakan harga pangan.

Mulanya, Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho bertanya kepada Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF Eisha Maghfiruha Rachbini terkait bagaimana kondisi sebenarnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sekarang.

Andry memakai kacamata orang awam, di mana tampak geliat war takjil lintas agama dipandang sebagai tanda bahwa UMKM di Indonesia baik-baik saja.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sebelum masuk Ramadan dramanya cukup banyak, tetapi ketika masuk Ramadan kita sebagai awam melihat fine-fine saja masyarakat masih berburu takjil. Kemarin cukup viral, tidak hanya muslim, tapi non-muslim juga berburu takjil. Saya rasa dari awam melihat UMKM menggeliat,” sebut Andry dalam diskusi INDEF secara virtual, Selasa (26/3).

Eisha Rachbini mengatakan puasa atau lebaran memang erat kaitannya dengan momen perayaan atau kemeriahan. Pada akhirnya, mau tak mau masyarakat Indonesia akan merogoh kocek lebih dalam.

Jika pada bulan-bulan normal pengeluaran hanya sebatas makan rutin, kini orang-orang juga harus membelanjakan uangnya untuk berbagai menu buka puasa hingga baju lebaran. Bahkan, Eisha menyinggung soal kebiasaan baru berupa berbagi rezeki untuk masyarakat lain yang membutuhkan.

“Dari yang viral-viral war takjil saja kita sudah melihat bahwa di sini ada potensi kenaikan atau festivity dari UMKM yang bisa diraup potensinya. Memang di saat Ramadan dan lebaran potensi sangat besar UMKM lebih berkembang, dengan sifatnya yang seasonal ini bisa meningkatkan penjualan UMKM tersebut,” jelasnya.

Eisha mengutip sejumlah survei yang menyatakan bahwa penjualan pada Maret 2024 akan lebih banyak dibandingkan Februari 2024 lalu. Bahkan, transaksi ini akan terus meningkat pada April 2024 mendatang.

Adanya lonjakan perkiraan pemudik tahun ini juga diklaim bisa meningkatkan penjualan UMKM. Eisha mengatakan mobilitas tersebut akan mendorong perekonomian daerah, terutama UMKM, seperti jajanan kuliner lokal hingga sentra oleh-oleh.

Ia memprediksi omzet UMKM daerah bakal meningkat 40 persen hingga 60 persen dengan banyaknya pemudik di lebaran 2024. Prediksi Kementerian Perhubungan (Kemenhub), pemudik tahun ini mencapai 193,6 juta orang atau 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

“Cuma memang ada catatannya beberapa hal yang mungkin menjadi tantangan. Ada kondisi yang berbeda di tahun ini adalah harga komoditas atau pangan sekarang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,” tutur Eisha.

“UMKM kan juga butuh bahan-bahan material atau untuk produksi, saat ini yang berkembang kan kuliner. Bahan-bahan makanan ini yang menjadi biaya input UMKM. Mau gak mau dengan harga material meningkat, sehingga dia juga harus meningkat harga jual. Atau kalau itu tidak memungkinkan, margin yang didapat bisa lebih sedikit,” imbuhnya.

Ramadan tahun ini memang punya salah satu fenomena unik. Tak hanya muslim yang berburu takjil untuk buka puasa, para penganut agama selain Islam juga tak mau ketinggalan.

Para non-muslim itu kerap membagikan momen berburu takjil di media sosial mereka, termasuk TikTok. Bahkan, mereka yang tak berpuasa itu sudah berburu takjil sejak pukul tiga sore atau sekitar tiga jam sebelum waktu berbuka.

Selain bisa meningkatkan kerukunan beragama, fenomena war takjil ini diharapkan mampu meningkatkan omzet para pedagang kecil. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan bisa meroket.

[Gambas:Video CNN]

(skt/sfr)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *